DIANTARANYA :
Prasasti Sendang Kamal, Maospati ( yang 1 di museum Batavia)
Prasasti Mruwak , ditemukan oleh Mahasiswa IKIP PGRI Madiun waktu Kuliah Kerja Lokal, 1975 dibawah bimbingan Drs. Koesdim Heroekoentjoro dan Drs. Arief Soekowinoto
Prasasti Bibrik dan Prasasti Klagen Serut, kedua prasasti disebut kembar karena berasal dari pemerintahan yang sama, yaitu Majapahit. Berisi tentang penegasan atas kekuasaannya diwilayah tersebut, atau sumber yang lain berasal dari era pemerintahan Medang.
Prasasti Bulugledeg, Ds.Bulugledeg (bukti eksistensi Majapahit) berkaitan dengan Prasasati Kenteng, di Kel. Bendo, Magetan. (terdapat makam keramat Kyai Sabuk Alu/punden sabuk alu )
Prasasti Batu dari Desa Sine Kecamatan Sine, angka tahun Saka 1381
(1459 M), Berdasarkan prasasti tersebut diperkirakan Abad XIV daerah Sine termasuk wilayah kekuasaan seorang raja puteri (Jagaraga)
Perabot Upacara, dalam sebuah belanga perunggu, terdapat benda-benda berjumlah 13 buah terdiri dari pinggan keramik, talam sirkel besar kecil dari perunggu, sebuah blencong perunggu, Pinggan gondok perunggu, sepasang kaki sandaran perunggu ditemukan di wilayah Dagangan (disimpan di Museum Mpu Tantular Surabaya)
Dua buah batu yoni ditemukan di Desa Nglandung dan dua buah lagi di Desa Mawatsari, Madiun
Prasasti dan Arca Dewi Sri ditemukan di Desa Klagen Serut
Batu Umpak, makam Kyai Reksogai di Kelurahan Sogaten
Candi Reco Banteng, Desa Wonorejo, Kedunggalar, Ngawi
Candi Simbatan atau Patirtan Dewi Sri, desa Simbatan ,Nguntoronadi, Magetan
Candi reog , Candi Reco sapi ( penemuan 1971 oleh Sudiro warga setempat), Dusun Sadon, Desa Cepoko, Panekan, Magetan
Watu lintang , desa Terung, Panekan
Candi Budho, arca Ganesha, yoni Desa Wates Panekan Magetan
Komplek batu-batu arca, Desa Bedagung, Panekan, Magetan
Arca Ganesha, Makam Demang Sagopa, Desa Widoro Kandang Panekan Magetan
Batu Gilang (yoni) Dusun Sadon, Desa Cepoko, Magetan
Arca Watu Sirah, Ds Selosari, Magetan
Arca Ganesa dan 2 miniatur rumah, Punden Sumber Clelek Desa Driyorejo, Nguntoronadi
Candi Kodok, Ds.Candirejo, Magetan ( arca asli dibawa ke Solo)
Situs Kadipaten Purwodadi, lingga yoni, arca nandi, desa Purwodadi , kec. Barat ( tembok benteng dan pintu gapura)
Makam kuno Sonokeling , Nisannya bertuliskan aksara Kawi desa Kepolorejo,Magetan
Arca Ganeca di desa Pucangan Kecamatan Ngrambe
Arca Nandi di tengah halaman SMP Ngrambe
Batu Gilang di Desa Ploso Kecamatan Kendal
Prasasti Kenteng, Desa Bendo Magetan
Prasasti Tegal Turi, Desa Kraton, Maospati
Prasasti Kutu, Desa Sumberejo,Maospati, Magetan
Prasasti Desa Kedungpanji, Nguntoronadi, Magetan
Situs Kerajaan Gegelang Bumi Ngurawan , petirtan, arca-arca, yoni, di Dsn Ngrawan Desa Dolopo
Situs Mangiran, Desa Mangirejo Saradan, Madiun
Situs Rumah Palang, arca-arca, Mejayan, Caruban Madiun
Makam Kuncen, Prasasti, Masjid Kyai Anom Besari, Kuncen Caruban
Dua buah Arca ditemukan di Desa Sumberejo, Saradan
Relief batu, arca Desa Nglembah, Dolopo
Situs kolam ditemukan di Desa Karangpatihan Mbalong Ponorogo
Candi Sebayi, gemarang Madiun.
Candi Wonorejo, Dsn Santan Wonorejo, Caruban Madiun
Reruntuhan Candi Desa Palur, watu lesung, rumah Baron, Kebonsari.
Rumah Benteng, Karangmojo Magetan (rumah arsitektur kuno bekas pertahanan pejuang)
Candi Pendem Ds. Pucangan Ngrambe
Situs Kandang Kidang, Ds. Ngrayudan, Jogorogo
Arca Parwati, Ds.Nguntoronadi Magetan
Lingga Dsn. Sumbernogo Dolopo
Lingga Dsn. Brebes Mlilir
Lingga Yoni dan arca Punden Kel. Tebon Barat Magetan
Lingga Yoni waduk Dawuhan, Ngadirejo Madiun
Situs Fragmen Candi Wungu, Dungus Madiun
Arca Megalitikum Dungus Madiun
Kumpulan arca di Bakorwil Kota Madiun
Dan masih banyak lagi lainnya
SITUS PENINGGALAN BERUPA BANGSAL KAMANDHUNGAN DARI SRAGEN-SOEKOWATI
(USIA BANGSAL TERSEBUT SEBELUM TAHUN 1755, USIANYA LEBIH TUA DARI YOGYAKARTA)
PENJELASANNYA ,sebagai berikut :
Bangsal Kamandhungan Kidul (Selatan) adalah sebuah kawasan berukuran 70x70 meter yang terletak di selatan Kamagangan, sebelum Sasana Hinggil serta Alun-alun Kidul (Selatan). Disitu berdiri sebuah Joglo bernama Bangsal Kamandhungan yang diboyong secara langsung dari Soekowati (timur Surakarta, sekitar Sragen).
SEJARAH BANGSAL KAMANDHUNGAN KARATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT :
Bangsal ini dulu adalah pendapa milik Demang Prawira Mantri atau Raden Ronggo Prawirosetika dari dusun Pandhak,Karangnangka telatah Soekowati (sekarang masuk diwilayah Kecamatan Masaran,Sragen).Sebelum ke Pandak Karangnangka untuk bergabung dengan Pangeran Mangkubumi, Raden Ronggo Prawirasetika tinggal disebuah tempat sekarang disebut bumi Madiun. Dari Bumi Madiun di Desa Tanggan ini, Raden Ronggo Prawirasetika ,pindah ke Pandhak ,Karangnangka Masaran ,Sragen. Jadi Pendapa atau Bangsal Kamandhungan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang diboyong dari Pandhak Karangnangka Masaran,Sragen berasal dari Desa Tanggan Gesi ,Sragen. Raden ronggo Prawirasetika sebelum boyong ke Pandhak Karangnangka ,Masaran Sragen dengan Ki Toemenggong Alap-alap tinggal disatu Desa di Desa Tanggan yang dahulu sebelumnya bernama Desa Kadangan , disebut Kadangan karena antara Raden Ronggo Prawirasetika dan Ki Toemenggong Alap-alap ternyata masih kekadangan atau seduluran (bahasa jawa red. Artinya persaudaraan). Dari sebutan Desa Kadangan ini dikemudian hari berganti nama Desa Tanggan dari kata Kekadangan Tetanggan (bahasa jawa red.) artinya persaudaraan dan saling bertetangga. Dan dalam peta Hindia Belanda tahun 1859, Desa Tanggan masih tertulis DEsa Kadangan. Demikian juga sampai sekarang tanah yang dulu ditempati Raden Ronggo Prawirasetika di Desa Tanggan masih disebut Bumi Madiun. Boyongnya Raden Ronggo Prawirasetika dari Bumi Madiun di Desa Tanggan ke Pandhak Karangnangka ,Masaran Sragen menggunakan sapi, karena kuda-kuda milik Raden Ronggo Prawirasetika mati. Tempat dikuburnya kuda-kuda itu sampai sekarang masih disebut sawah pendhem. Adapun Sapi-sapi brenggala dikumpulkan untuk memboyong Pendhapa Raden Ronggo Prawirasetika , sehingga nama tempat dikumpulkannya sapi-sapi ini sekarang disebut Dusun Sapen (bahasa jawa red.) ,berasal dari kata Sapi-sapi.
Raden Ronggo Prawirasetika karena sebegitu setianya pada Pangeran Mangkubumi sehingga memberikan Pendhapa rumah miliknya menjadi Bangsal Kamandhungan. Dan kelak Demang Prawira Mantri atau Raden Ronggo Prawirasetika diangkat sebagai Bupati Mancanegara Bang Wetan di Madiun).
Tlatah Soekowati ada tiga sogaputra yang masing-masing tinggal di Dusun Kerjo,dusun Jamus dan Dusun Pandhak Karangnangka. Ketika Pangeran Mangkubumi (yang kelak bergelar Sultan Hamengku Buwono I) keluar dari Karaton Surakarta ,Beliau mesanggrah di Pandhak Karangnangka Masaran Sragen. Demang Prawira Mantri atau Raden Ronggo Prawirasetika yang kelak bergelar Raden Ronggo Prawiradirja menghaturkan rumahnya untuk digunakan sebagai Pesanggrahan Pangeran Mangkubumi selama masa perang.
Pangeran Mangkubumi berpindah-pindah pesanggrahannya dan setiap perpindahan hamper semua bekas pesanggrahannya dirusak oleh musuh agar tidak dapat dipergunakan lagi oleh Pangeran Mangkubumi. Satu-satunya Pesanggrahan yang selamat hanyalah rumah Demang Prawira Mantri atau Raden Ronggo Prawirasetika ini, maka ketika Pangeran Mangkubumitelah bertahta di Nagari Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat rumah atau pendhapa ini kemudian dipindah ke Yogyakarta menjadi Bangsal Kamandhungan sebagai tanda peringatan dan rasa terima kasih kepada Demang Prawira Mantri atau Raden Ronggo Prawirasetika.
Ketika masih menjadi bangunan milik Demang Prawira Mantri atau Raden Ronggo Prawirasetika, pendahap ini berbentuk joglo lawakan tanpa serambi, karena bangunan joglo dengan serambi dahulunya hanya dibangun oleh bangsawan tingkat tinggi dan Raja saja yang mempunyainya , maka ketika pendhapa ini akan dialihfungsikan menjadi bangsal tadi sehingga perlu diberi serambi ternyata saka gurunya Nampak kurang tinggi , oleh karena itu lantas disambung dan agar tidak Nampak sambungannya maka saka gurunya tersebut ditutupi kuningan.
Melihat dari keadaan bangunannya memang terlihat bahwa pendhapa atau bangsal tersebut bukan asli buatan Karaton hal ini Nampak dari jenis kayu yang usianya tidak sama ukurannya dan sederhana.
BENTUK BANGSAL KAMANDHUNGAN
Bangsal Kamandhungan berukuran 20x20 meter berbentuk Joglo Deles dengan serambi di keempat sisi berlantai. Seluruh balungan lugas tanpa dicat, dhadhap peksi kapulas. Saka guru bagian bawah mulai umpak ditutup kuningan tebal setengah jari setinggi 80 cm. Dulunya beratap sirap tetapi sekarang diganti genteng.
FUNGSI BANGSAL KAMANDHUNGAN
Dahulu merupakan tempat penyimpanan titiyandalem yang berbentuk “tandhu” meliputi Tandhu Lawak/Gundhul,Jempana Peksi Beri dan beberapa Jempana segi empat lainnya,Joli,Plangki,Clumpung,Plangkan, dan Jolen, Ragangan Kobongan Supitan, Krobongan tetesan,Jolen Kecil dan Plangkan Kaca.
Pendhapa milik Demang Prawira Mantri atau Raden
Ronggo Prawirasetika (yang kelak bergelar Raden Ronggo Prawiradirja-Bupati Madiun) adalah pendhapa tertua di Karaton Yogyakarta Hadiningrat, dan pendhapa ini berasal dari Desa Kadangan (yang sekarang bernama Desa Tanggan,Kecamatan Gesi,Sragen), jadi sudah sewajarnya dan seharusnya Karaton yogyakarta Hadiningrat balas budi terhadap keturunan
Demang Prawira Mantri atau Raden
Ronggo Prawirasetika (yang kelak bergelar Raden Ronggo Prawiradirja-Bupati Madiun) dan Desa Tanggan sebagai pemilik pendahap tertua yang merupakan Cikal-Bakal Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Adapun keturunan dari Demang Prawira Mantri atau Raden
Ronggo Prawirasetika (yang kelak bergelar Raden Ronggo Prawiradirja-Bupati Madiun) adalah :
Raden Mas Ariyo Rahindra
Widiastomo,SE atau Kanjeng Pangeran Panji (KPP).Ariyo Purbodiningrat ,NIK.
3314092204780008,Laki-laki,tempat lahir Sragen,22 April 1978, adalah Ahli Waris Heer Koesen atau Kolonel BKPH.Poerbodiningrat bin PB.IX ,juga keturunan Raden
Ronggo Prawirasetika atau Raden
Ronggo Prawirodirjo maupun Tumenggung Alap-alap. Kontak Protocolar
:0821-3394-0749, owner dari Paguyuban Yogyawati (Ngayogyakarta dan
Soekowati).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar