Kamis, 14 Mei 2020

HUTANG KARATON YOGYAKARTA HADININGRAT PADA SOEKOWATI (SRAGEN)

SITUS PENINGGALAN  BERUPA BANGSAL KAMANDHUNGAN  DARI SRAGEN-SOEKOWATI

(USIA  BANGSAL TERSEBUT SEBELUM TAHUN 1755, USIANYA LEBIH TUA DARI YOGYAKARTA)

 

PENJELASANNYA ,sebagai berikut :

 

Bangsal Kamandhungan Kidul (Selatan)  adalah sebuah kawasan berukuran 70x70 meter yang terletak  di selatan Kamagangan, sebelum Sasana  Hinggil serta Alun-alun Kidul (Selatan). Disitu berdiri sebuah Joglo bernama Bangsal Kamandhungan yang diboyong secara langsung dari Soekowati (timur Surakarta, sekitar Sragen).

 Baca juga di : https://www.kratonjogja.id/tata-rakiting-wewangunan/4/tata-ruang-dan-bangunan-kawasan-inti-keraton-yogyakarta

SEJARAH BANGSAL KAMANDHUNGAN KARATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT :

 

Bangsal  ini dulu adalah pendapa milik Demang Prawira Mantri  atau Raden Ronggo Prawirosetika dari dusun Pandhak,Karangnangka  telatah Soekowati (sekarang masuk diwilayah Kecamatan Masaran,Sragen).Sebelum ke Pandak Karangnangka untuk bergabung dengan Pangeran Mangkubumi, Raden Ronggo Prawirasetika tinggal disebuah tempat sekarang disebut bumi Madiun. Dari Bumi Madiun di Desa Tanggan ini, Raden Ronggo Prawirasetika ,pindah ke Pandhak ,Karangnangka Masaran ,Sragen. Jadi Pendapa atau Bangsal Kamandhungan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang diboyong dari Pandhak Karangnangka Masaran,Sragen berasal dari Desa Tanggan Gesi ,Sragen. Raden ronggo Prawirasetika sebelum boyong ke Pandhak Karangnangka ,Masaran Sragen dengan  Ki  Toemenggong Alap-alap  tinggal disatu Desa di Desa Tanggan yang dahulu sebelumnya bernama Desa Kadangan , disebut Kadangan karena antara Raden Ronggo Prawirasetika dan Ki Toemenggong Alap-alap ternyata masih kekadangan atau seduluran (bahasa jawa red. Artinya persaudaraan). Dari sebutan Desa Kadangan ini dikemudian hari berganti nama Desa Tanggan dari kata Kekadangan Tetanggan (bahasa jawa red.) artinya persaudaraan dan saling bertetangga. Dan dalam peta Hindia Belanda tahun 1859, Desa Tanggan masih tertulis DEsa Kadangan. Demikian juga sampai sekarang tanah yang dulu ditempati Raden Ronggo Prawirasetika di Desa Tanggan masih disebut Bumi Madiun. Boyongnya Raden Ronggo Prawirasetika dari  Bumi Madiun di Desa Tanggan ke Pandhak Karangnangka ,Masaran Sragen menggunakan sapi, karena kuda-kuda milik Raden Ronggo Prawirasetika mati. Tempat dikuburnya kuda-kuda itu sampai sekarang masih disebut sawah pendhem. Adapun Sapi-sapi brenggala dikumpulkan untuk memboyong Pendhapa Raden Ronggo Prawirasetika , sehingga nama tempat dikumpulkannya sapi-sapi ini sekarang disebut Dusun Sapen (bahasa jawa red.) ,berasal dari kata Sapi-sapi.

Raden Ronggo Prawirasetika karena sebegitu setianya pada Pangeran Mangkubumi sehingga memberikan Pendhapa rumah miliknya menjadi Bangsal Kamandhungan. Dan kelak Demang Prawira Mantri atau Raden Ronggo Prawirasetika diangkat sebagai Bupati Mancanegara Bang Wetan di Madiun).

Tlatah Soekowati ada tiga sogaputra yang masing-masing tinggal di Dusun Kerjo,dusun Jamus dan Dusun Pandhak Karangnangka. Ketika Pangeran Mangkubumi (yang kelak bergelar Sultan Hamengku Buwono I) keluar dari Karaton Surakarta ,Beliau mesanggrah di Pandhak Karangnangka Masaran Sragen. Demang Prawira Mantri atau Raden Ronggo Prawirasetika yang kelak bergelar Raden Ronggo Prawiradirja menghaturkan rumahnya untuk digunakan sebagai Pesanggrahan Pangeran Mangkubumi selama masa perang.

Pangeran Mangkubumi berpindah-pindah pesanggrahannya dan setiap perpindahan hamper semua bekas pesanggrahannya dirusak oleh musuh agar tidak dapat dipergunakan lagi oleh Pangeran Mangkubumi. Satu-satunya Pesanggrahan yang selamat hanyalah rumah Demang Prawira Mantri atau Raden Ronggo Prawirasetika ini, maka ketika Pangeran Mangkubumitelah bertahta di Nagari Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat rumah atau pendhapa ini kemudian dipindah ke Yogyakarta menjadi Bangsal Kamandhungan sebagai tanda peringatan dan rasa terima kasih kepada Demang Prawira Mantri atau Raden Ronggo Prawirasetika.

Ketika masih menjadi bangunan milik Demang Prawira Mantri atau Raden Ronggo Prawirasetika, pendahap ini berbentuk joglo lawakan tanpa serambi, karena bangunan joglo dengan serambi dahulunya hanya dibangun oleh bangsawan tingkat tinggi dan Raja saja yang mempunyainya , maka ketika pendhapa ini akan dialihfungsikan menjadi bangsal tadi sehingga perlu  diberi serambi ternyata saka gurunya  Nampak kurang tinggi , oleh karena itu lantas disambung dan agar tidak Nampak sambungannya maka saka gurunya tersebut ditutupi kuningan.

Melihat dari keadaan bangunannya memang terlihat bahwa pendhapa atau bangsal tersebut bukan asli buatan Karaton hal ini Nampak dari jenis kayu yang usianya  tidak sama ukurannya dan sederhana.

 

BENTUK BANGSAL KAMANDHUNGAN

 

Bangsal  Kamandhungan berukuran 20x20 meter berbentuk Joglo Deles dengan serambi di keempat sisi berlantai. Seluruh balungan lugas tanpa dicat, dhadhap peksi  kapulas. Saka guru bagian bawah mulai umpak ditutup kuningan tebal setengah jari setinggi 80 cm. Dulunya beratap sirap tetapi sekarang diganti genteng.

 

FUNGSI BANGSAL KAMANDHUNGAN

 

Dahulu merupakan tempat penyimpanan titiyandalem  yang berbentuk “tandhu” meliputi Tandhu Lawak/Gundhul,Jempana Peksi Beri dan beberapa Jempana segi empat lainnya,Joli,Plangki,Clumpung,Plangkan, dan Jolen, Ragangan Kobongan Supitan, Krobongan tetesan,Jolen Kecil dan Plangkan Kaca.

Pendhapa milik Demang Prawira Mantri atau Raden Ronggo Prawirasetika (yang kelak bergelar Raden Ronggo Prawiradirja-Bupati Madiun) adalah pendhapa tertua di Karaton Yogyakarta Hadiningrat, dan pendhapa ini berasal dari Desa Kadangan (yang sekarang bernama Desa Tanggan,Kecamatan Gesi,Sragen), jadi sudah sewajarnya dan seharusnya Karaton yogyakarta Hadiningrat balas budi terhadap keturunan
Demang Prawira Mantri atau Raden Ronggo Prawirasetika (yang kelak bergelar Raden Ronggo Prawiradirja-Bupati Madiun) dan Desa Tanggan sebagai pemilik pendhapa tertua yang merupakan Cikal-Bakal Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Adapun keturunan dari Demang Prawira Mantri atau Raden Ronggo Prawirasetika (yang kelak bergelar Raden Ronggo Prawiradirja-Bupati Madiun) adalah :

Raden Mas Ariyo Rahindra Widiastomo,SE atau Kanjeng Pangeran Panji (KPP).Ariyo Purbodiningrat adalah Ahli Waris Heer Koesen atau Kolonel BKPH.Poerbodiningrat bin PB.IX ,juga keturunan Raden Ronggo Prawirasetika atau Raden Ronggo Prawirodirjo maupun Tumenggung Alap-alap. Kontak Protocolar :0821-3394-0749, owner dari Paguyuban Yogyawati (Ngayogyakarta dan Soekowati).

Kalau pihak Karaton Yogyakarta Hadiningrat siap untuk bekerjasama,maka saya siapkan program Perawatan makam-makam dan situs-situs serta petilasan-petilasan di Soekowati dan Sragen yang terintegrasi melalui program Pemberdayaan Ekonomi untuk Kesejahteraan masyarakat sekitarnya,yang selama ini merawat dan tidak merusak ataupu menghilangkan.Selain daripada itu bila pihak keturunan/darahdalem Sri Sultan Hamengkoe Boewono II dan maupun Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat berkehendak menggugat Kerajaan Inggris yang telah menyerbu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dan juga menjarah semua emas milik Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat,saya dan kami siap mendukung hingga berhasil.

1 komentar:

  1. Pangapunten,sesuai Silsilah Eyang Ronggo Prawirodirjo ing Madiun yang saya pegang sudah ada ratusan ribu jumlah keturunannya, apabila panjenenganipun Raden Mas Ariyo Rahindra Widiastomo,SE atau Kanjeng Pangeran Panji (KPP).Ariyo Purbodiningrat merasa sebagai keturunan Eyang Ronggo Prawirosentiko ugi asmo Eyang Ronggo Prawirodirjo I ing Madiun, bisakah menjelaskan alurnya secara detail? sumangga saya tunggu di nomor WA saya di 088217428864

    BalasHapus

PENDOEKOENG PERDJOEWANGAN PANGERAN MANGKOEBOEMI DI TANAH SOEKOWATI

Perjuangan Sukowati berawal yaitu pada hari Selasa Pon, tanggal 27 Mei 1746 Tangal dan waktu tersebut adalah dari hasil penelitian serta k...